Selasa, 25 Juni 2013

thumbnail

Mahasiswa dan Siswa


Mahasiswa dan Siswa
Oleh: I Gede Murta

Mahasiswa adalah peralihan dari remaja ke dewasa. Hal tersebut memang ada benarnya karena untuk menjadi mahasiswa tidak mudah. Banyaknya perjuangan untuk meraih tingkat universitas ini baik dari tes, mental, dan ekonomi merupakan suatu yang menghiasi jalan untuk meraih gelar mahasiswa. Setelah menjadi mahasiswa, perjuangan tidak berhenti begitu saja. Mengeksplorasi pengetahuan terdahulu yang didapat dari sekolah pertama sampai terakhir dan yang baru didapat di lingkungan kampus dan universitas adalah tugas selanjutnya yang perlu diaplikasikan ketika menjadi mahasiswa. Selain itu, pengadaptasian diri dalam lingkungan pendidikan formal di Universitas yang berbeda dari lingkungan pendidikan yang terdahulu seperti SD, SMP, dan SMA merupakan hal berikutnya yang harus dipahami oleh seorang mahasiswa.
Adaptasi yang pertama adalah intensitas keterlibatan pembelajar tersebut karena ketika masih berada dalam lingkungan SD, SMP, dan SMA, para pembelajar umumnya masih “didikte” atau diberitahu dalam melakukan sesuatu atau mengambil tindakan oleh Guru-Guru di sekolah. Para siswa dan siswi umumnya pasif (walau tidak semua siswa dan siswi pasif) dalam hal pencarian informasi. Kebanyakan hal, kegiatan, dan informasi yang menyangkut lingkungan sekolah diumumkan baik dari pengeras suara, pengumuman langsung di kelas, maupun selebaran. Sehingga tidak jarang juga hal ini menimbulkan persepsi “kemanjaan” siswa dan siswi di sekolah. Persepsi ini didukung juga oleh pernyataan dari para ahli yang menyebutkan bahwa masa-masa SMP dan SMA merupakan masa peralihan pikiran dan sikap dari kekanak-kanakan, remaja, hingga pertengahan dewasa, dimana sering disebut juga sebagai masa pubertas yang masih belum bisa memutuskan suatu hal sendiri atau perlu rekomendasi dari orang terdekat.
Ketika kata siswa beralih dan bertransformasi menjadi kata mahasiswa, lingkungan yang mempengaruhi pembelajarnya juga berbeda. Di lingkungan kampus, mahasiswa dituntut untuk selalu proaktif untuk menggali informasi baik yang sedang hangat terjadi maupun yang menyangkut materi kuliah. Seseorang yang berada di tingkat mahasiswa di latih untuk mandiri dan belajar bersosialisasi dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang berada di lingkungan universitas. Acara-acara diluar jam kuliah seperti seminar dan workshop juga merupakan media mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang kelak bisa digunakan di kehidupan bermasyarakat.
Adaptasi yang kedua adalah dari segi materi pembelajaran.  Materi pelajaran yang didapat ketika di sekolah menengah tidak jauh berbeda dengan materi yang didapat di perguruan tinggi dan univeritas. Namun, jumlah materi dan pendalamannya yang perlu di pahami. Saat di sekolah menengah, materi pelajaran masih tergolong umum, dasar, dan tidak terlalu mendalam. Hal ini mengingat kemampuan siswa dalam menerima materi yang terlampau banyak dan jumlah waktu yang digunakan relative pendek. Berbeda dengan sistem di universitas yang mengharuskan mahasiswa untuk mendalami materi kuliah secara konsisten dan benar-benar dipahami. Pengklasifikasian jurusan dan program studi seperti jurusan bahasa inggris yang secara spesifik mempelajari bahasa inggris mulai dari dasar hingga tingkat advance adalah faktor yang mepengaruhi berbedanya segi materi dalam lingkungan pendidikan di universitas dengan di sekolah menengah.
Adaptasi tersebut diatas dilakukan tidak lepas dari suatu pandangan bahwa mahasiswa harus lebih berwawasan tinggi, mendalam, kreatif, dan mandiri dari siswa-siswi sekolah menengah. Peluang mahasiswa untuk berpartisipasi dalam lingkungan kerja yang juga dibilang besar jika mahasiswa tersebut memang benar-benar cerdas yang merupakan hasil dari disiplin dan perjuangan keras ketika menuntut ilmu di lingkup universitas.
Beban pikiran pada mahasiswa juga berbeda daripada siswa. Salah satu beban pikiran tersebut adalah bahwa mahasiswa itu harus bekerja dan pekerjaannya pun harus yang tinggi dalam hal status dan gaji daripada siswa. Hal ini karena perbedaan tingkatan pendidikan dan pengetahuan yang didapat. Masyarakat umumnya memandang jika seorang mahasiswa bekerja yang memliki level bawah seperti bekerja menjadi pedagang kaki lima, maka mahasiswa itu dianggap sebagai mahasiswa gagal walaupun ia sudah memperoleh gelar S1 sekalipun. Penyebabnya karena masyarakat cenderung ingin melihat hasil nyata dan konkrit dari seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Ada anggapan yang berkembang di masyarakat “buat apa kuliah tinggi-tinggi jika kerjanya pada akhirnya hanya mendorong gerobak”. Ada kata-kata bijak yang mendukung anggapan masyarakat tersebut John C. Maxwell dikutip dari leman (2008) yang juga mengatakan, “orang tidak peduli seberapa banyak anda tahu, sampai ia tahu seberapa banyak anda peduli”. berikut adalah sebuah puisi yang persembahkan penulis untuk mengapresiasi para penuntut ilmu.

Mahasiswa
By: I Gede Murta

Almamater gagah berani identitasmu
Muda dan ceria itulah mahasiswa
Datang untuk mencari dan berbagi ilmu
Memperkaya jiwa dan tekad anak muda

Kita muda dan berbakat
Kreatif dengan kebulatan tekad
Berjuang hati dan pikiran dengan penuh semangat
 Untuk menjadi penerus bangsa yang cerdas dan hebat

Kucuran keringat perjuangan membasahi setiap langkah pasti
Berpegang teguh pada pancasila yang abadi
Penuh hormat pada pendidik yang gagah berani
Pendidik yang mencurahkan rasa cinta dengan setulus hati
Penuh teladan semangat pada murid yang terkasih

Hari ini bukan akhir dari perjuangan
Tetapi ini adalah awal sebuah pencapaian
Perbedaan almamater  tak menjadi masalah
Kita tetap satu dalam lingkaran kesaktian pancasila
Berkumpul dalam manisnya senyuman

Terima kasih atas hari-hari berarti yang tercurahkan
Semoga kita kan bertemu lagi dalam indahnya keberhasilan
Dan berbagi canda tawa para pencipta kreatif andalan

Kamis, 20 Juni 2013

thumbnail

9 Cara Berkomunikasi Yang Baik


9 cara berkomunikasi yang baik

Dengan berkomunikasi yang baik, kita dapat mendapat timbal balik yang baik pula. Komunikasi akan menjadi sia-sia jika tidak dilakukan dengan baik. Kita mempunyai maksud yang baik, tetapi jika kita tidak dapat mengkomunikasikannya dengan baik maka bisa saja orang lain akan menangkapnya berbeda atau dapat menyebabkan misunderstanding.
Komunikasi adalah seni karena terdapat prinsip-prinsip dan tema tertentu yang masuk akal dengan beribu-ribu variasi terhadap tema-tema ini. Dalam berkomunikasi, besar atau kecil, formal atau tidak formal, antara perorangan maupun kelompok, memiliki dampak yang sangat besar. Salah satu contohnya ketika seseorang diseleksi dan terlihat gugup, maka penyeleksipun akan mengira bahwa ia tidak yakin dan panitia pun akan merasa kurang percaya.
Dalam berkomunikasi, “kemampuan untuk menyatakan atau menyampaikan suatu ide  hampir sama pentingnya dengan ide itu sendiri”, Bernard Baruch (diambil dari Decker, 1990). Hal ini merupakan suatu usaha untuk mendapatkan kepercayaan dari lawan bicara atau orang lain karena “unsur utama bagi komunikasi yang efektif adalah dapat dipercaya.” Selain itu, komunikasi  yang efektif adalah kombinasi seimbang antara komunikasi verbal, vocal, dan visual.
Kepribadian juga merupakan faktor penting dalam berkomunikasi. Pribadi yang ramah tamah, ingin meyakinkan orang lain, suka berbicara dan bekerja dengan orang lain serta kekuasaan adalah kualitas pribadi yang berdampak positif terhadap karier. Kesinambungan antara otak kanan dan otak kiri dalam menghasilkan komunikasi yang berkualitas diperlukan untuk memaksimalkan keefektifan dalam berkomunikasi.
Dalam bukunya yang berjudul the art of communicating (seni berkomunikasi), Decker menyebutkan 9 keterampilan-keterampilan perilaku dalam komunikasi yaitu:
1.      Komunikasi mata yang mantap
Komunikasi mata yang baik adalah lebih dari hanya sekilas pandang saja. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk komunikasi mata yang efektif adalah 1). keakraban (intimacy), intimidation (intimidasi), dan involvement (keterlibatan). 2). Berhati-hatilah terhadap “eye dart” atau memandang apa saja selain pendengar kita ketika kita merasa gugup. Mata kita seperti menjelajah ruangan, meloncat-loncat kesana-kemari seperti ketakutan. 3). Hindari “so-blink” (memejamkan mata sampai 2-3 detik) karena ini akan menyampaikan pesan “saya sebenarnya tidak mau disini”. Tingkatkan kemampuan dalam melihat anda, kepekaan, dan hilangkan intimidasi.
2.      Sikap yang baik
Hal ini meliputi berdiri tegak karena ini mencerminkan kepercayaan diri, gunakan energy alamiah anda dengan cara atau gerakan yang positif, serta sesuaikan dan gunakanlah gaya anada sendiri yang membuat anda nyaman.
3.      Gerak isyarat (body gestures) yang wajar
Kenali kebiasaan-kebiasaan anda dengan merekam diri sendiri dalam video baik itu ketika anda gugup, berlebihan, jarang tersenyum dan yang lain. Berusahalah untuk ridak melebih-lebihkan, tersenyumlah karena tersenyum adalah perangsang orang lain untuk ikut tersenyum kepada anda tetapi jangan tersenyum palsu. Nontonlah televise atau film dengan menghilangkan suara TV karena kita dapat banyak yang dikomunikasikan oleh mereka dan yang terkhir adalah ujilah senyuman anda.
Merubah kebiasaan dengan cara belajar. Ada tiga konsep belajar oleh Abraham Maslow yaitu, ketidaktahuan secara tidak sadar, ketidaktahuan secara sadar, kemampuan dengan sadar, dan kemampuan dengan tidak sadar.
Semua komunikator berada dalam salah satu dari empat tahap berbicara berikut yaitu: bukan pembicara, pembicara kadang-kadang, pembicara yang bersedia, dan pemimpin
4.      Pakaian dan penampilan yang tepat dan pantas
Kesan pertama sangat penting dalam suatu komunikasi. Penampilan adalah hal yang tidak bisa dianggap remeh bahakan sangat penting. Kita mendapat kesan langsung dan hidup dari orang –orang selama lima detik pertama kita melihat mereka. Para ahli memperkirakan bahwa diperlukan 5 menit lagi untuk menambah 50% kesan lagi. Pakaian dan rambut yang pantas adalah hal penting dalam penampilan. Dalam kebiasaan berpakaian, ubahlah/lihatlah sesuatu dengan cara yang baru setiap hari. Tanyalah pendapat orang lain tentang bagaimana anda kelihatan.
5.      Suara dan variasi vokal
Suara adalah aspek yang penting dalam berbicara dan komunikasi karena suara kita memancarkan energi. Dari suara kita bisa mendapatkan banyak teman, dari suara kita dapat menjalin hubungan, bahkan jika tidak dipahami, dari suara juga kita bisa bermusuhan. Nada dan mutu vokal. Kita dapat mengenali karakter atau kondisi seseorang dari suaranya atau bahkan dari hanya mendengar nada dari satu kata saja. Suara memiliki empat aspek yang perlu dipahami yaitu kesantaian, pernapasan, proyeksi, dan resonasi. Penggunaan variasi suara dalam berkomunikasi diperlukan agar tidak monoton.
6.      Penggunaan bahasa dan istirahat yang efektif
Menggunakan satu kata setiap hari yang diambil baik dari kamus atau berita dpat menambah kosakata anda. Memperhatikan jargon atau logat daerah anda yang terkadang tanpa sadar meloncat keluar dari mulut anda. Ambilah istirahat ketika anda berbicara untuk menjaga komunikasi tetap baik.
7.      Keterlibatan pendengar secara aktif
Ada tiga teknik yang dapat diterapkan untuk melibatkan pendengar kita yaitu dengan gaya anda (menciptakan pembukaan yang kuat, perhatikan semua pendengar anda ketika anda berbicara), interaksi anda dengan pendengar (bertanya pada pendengar dan melibatkan dalam diskusi), dan isi sebenarnya dari apa yang anda katakan (pertimbangan waktu, perhatian, serta sisipkan humor).
8.      Penggunaan humor secara efektif
Humor sangat penting dalam percakapan baik satu arah maupun dua arah dal komunikasi karena humor dapat memberikan efek rileks dan santai sehingga pendengar dapat dengan tidak canggung akan ikut berpartisipasi. Humanisasi adalah humor karena orang paling gampang belajar melalui humor. Dalam suatu komunikasi, yang dilihat orang laian dalah senyuman anda.
9.      Bersikap secara wajar
Cara berkomunikasi yang baik terakhir adalah dengan menunjukkan sikap anda secara wajar karena terkadang ketika berkomunikasi baik secara sadar ataupun tidak sadar beberapa orang dapat bertingkah berlebihan yang padahal dapat merugikan diri sendiri.


Sumber:
Bert, Decker. 1990. Seni berkomunikasi (menjalin hubungan yang lebih harmonis antar perorangan dalam bisnis) alih bahasa oleh Rochmulyati Hamzah. Crisp publications, INC. binarupa Aksara: Jakarta (1991)

Senin, 17 Juni 2013

thumbnail

Cara membaca buku yang efektif


Cara membaca buku yang efektif
 
 diambil dan diringkas dari;
Gie, the Liang. 1983. Cara belajar yang efisien. Gadjah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta. Cetakan keempat belas

A.    Kebiasaan – kebiasaan baik dalam membaca
Hary Dexter Kitson dalam bukunya how to use your mind dikutip dari The liang Gie menyebutkan reading hygiene (kesehatan membaca) sebagai berikut:
1.      Sewaktu membaca, mahasiswa hendaknya sekali-kali memejamkan matanya atau melihat ke tempat jauh.
2.      Cahaya penerangan hendaknya datang dari belakang
3.      Pada halaman buku tidak terdapat bayangan
4.      Buku dipegang oleh tangan dan tidak terletak mendatar diatas permukaan meja.

The liang gie menambahkan hal hal yang perlu yaitu;
5.      Membacalah dengan penerangan yang cukup, tidak teerlalu gelap atau tidak terlalu terang yang dapat menyilaukan mata.
6.      Jarak membaca buku adalah 25-30
7.      Membacalah di meja belajar
8.      Periharalah kesehatan mata
9.      Lamanya waktu mebaca setiap kali adalah 1-2 jam dan kemudian beristirahat 5-10 menit.

B.     Cara mempelajari buku pelajaran
Teori dari professor Francis P. robinson dalam bukunya Effective study menyebutkan metode Survey Q3R (survey, question, read, recite, dan riview).
Survey (menyelidiki) merupakan tindakan penyelidikan sebelum mulai membaca suatu buku yaitu tidak lebih dari 1 menit. Question (bertanya) adalah pengajuan pertanyaan setelah penyelidikan yang dilakukan sebelumnya. Dengan jalan ini mahasiswa akan mempunyai sikap ingin tahu. Read (membaca) bahan bacaan dan menjawab pertanyaan yang muncul diatas. Recite (mengucapkan kembali) jawaban yang didapat atau materi yang dibaca tanpa melihat buku. Review (pengulangan) adalah melakukan hal yang dilakukan sebelumnya untuk menjaga ingatan terhadap pelajaran tersebut.
Hal sepadan juga diungkapkan oleh Dr. Thomas F. Staton dalam bukunya yang berjudul How to study menyatakan tentang Metode PQRST (preview, question, read, state, and test).
Metode yang lain adalah RTP (Read the Problem) bacalah masalahnya, dipergunakan oleh sebagian pelatih di lingkungan angkatan bersenjata.
Metode terakhir yang dicantumkan dalam buku cara belajar yang efisien karya The Liang Gie ini adalah PERU (preview, enquire, read, and use)
C.    Proses membaca buku
Hal penting dalam membaca buku adalah;
Bacalah judul dan berusahalah untuk menghafalnya, kenalilah gaya tulisan dan sudut pandang pengarangnya, maka pembacaan akan menjadi lebih efektif. Biasanya si pengarang akan memulai kalimat baru dengan garis baru. Ini bisanya berarti bahwa pengarang itu menguraikan suatu pokok pikiran baru.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah ketika mahasiswa ingin berhenti membaca dan meneruskannya pada saat lain, hendaknya ia berhenti pada tempat yang sewajarnya, yaitu pada akhir suatu bab atau suatu paragraph.

D.    Cara menandai buku
Buku itu hanya dapat memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya kalau buku tersebut penuh dengan catatan –catatan yang perlu pada halamannya.  
Menandai suatu buku sewaktu membacanya akan membuat seorang mahasiswa tetap sadar dan mencurahkan perhatian penuh pada buku itu.

E.     Cara menambah kecepatan membaca
Sebelum membahas mengenai cara menambah kecepatan membaca, lebih bermanfaat lagi jika didahului mengenai apa yangmenjadi penyebab lambatnya proses membaca. Jika hal ini diantisipasi atau diatasi maka cara membaca pun akan meningkat, karena sebab dan akibat itu saling berhubungan. Hal-hal tersebut adalah;
1.      Kebiasaan yang bisa memperlambat pembacaan adalah membaca dengan bersuara. Dalam hal ini bibir mahasiswa bergerak-gerak sehingga pandangan matanya harus menunggu gerak tersebut yang memang lambat dan akhirnya tidak bisa membaca cepat. Cara mengatasi/mencegah hal ini yang disarankan oleh The Liang Gie adalah dengan cara mengunyah permen karet.
2.      Membaca dengan jari tangan atau ujung pensil menunjuk kepada setiap kata yang dibaca sehingga pandangan mata harus menanti gerak tangan. Agar tangan berhenti melakukan hala seperti inimaka peganglah jari tangan tersebut dengan salah satu tangan yang bebas atau tangan kiri.
3.      Kebiasaan untuk mundur mengulangi lagi apa yang sudah dibacanya. Hal ini dilakukan karena merasa bahwa da suatu perkataan yang kelewatan tidak terbaca atau kalimat yang sudah dibaca tapi tidak begitu dimengerti.
4.      Membaca kata demi kata sehingga pandangan matanya setiap kali hanya tertuju pada satu perkataan.

F.     Cara membaca buku dalam bahasa asing
Syarat untuk mulai membaca buku bahasa asing adalah penyediaan kamus yang berkaitan dengan bahasa tersebut. Mempelajari daftar isinya dengan teliti. Mencari setiap kata yang belum dimengerti di kamus. Arti kata yang sukar itu sebaiknya diatas perkataan asing yang besangkutan atau di pojok halaman.
Jangan terlalu menghiraukan kata-kata yang tidak dimengerti tapi pahami maksud yang ingin disampaikan.
Dengan terus membaca suatu kalimat demi kalimat tanpa merisaukan arti setiap kata, bab yang dibaca dapat diselesaikan dengan singkat.