Mahasiswa dan Siswa
Oleh: I Gede Murta
Mahasiswa adalah peralihan dari remaja ke dewasa. Hal
tersebut memang ada benarnya karena untuk menjadi mahasiswa tidak mudah.
Banyaknya perjuangan untuk meraih tingkat universitas ini baik dari tes,
mental, dan ekonomi merupakan suatu yang menghiasi jalan untuk meraih gelar
mahasiswa. Setelah menjadi mahasiswa, perjuangan tidak berhenti begitu saja.
Mengeksplorasi pengetahuan terdahulu yang didapat dari sekolah pertama sampai
terakhir dan yang baru didapat di lingkungan kampus dan universitas adalah
tugas selanjutnya yang perlu diaplikasikan ketika menjadi mahasiswa. Selain
itu, pengadaptasian diri dalam lingkungan pendidikan formal di Universitas yang
berbeda dari lingkungan pendidikan yang terdahulu seperti SD, SMP, dan SMA
merupakan hal berikutnya yang harus dipahami oleh seorang mahasiswa.
Adaptasi yang pertama adalah intensitas
keterlibatan pembelajar tersebut karena ketika masih berada dalam
lingkungan SD, SMP, dan SMA, para pembelajar umumnya masih “didikte” atau
diberitahu dalam melakukan sesuatu atau mengambil tindakan oleh Guru-Guru di
sekolah. Para siswa dan siswi umumnya pasif (walau tidak semua siswa dan
siswi pasif) dalam hal pencarian informasi. Kebanyakan hal, kegiatan, dan
informasi yang menyangkut lingkungan sekolah diumumkan baik dari pengeras
suara, pengumuman langsung di kelas, maupun selebaran. Sehingga tidak jarang
juga hal ini menimbulkan persepsi “kemanjaan” siswa dan siswi di sekolah.
Persepsi ini didukung juga oleh pernyataan dari para ahli yang menyebutkan bahwa
masa-masa SMP dan SMA merupakan masa peralihan pikiran dan sikap dari
kekanak-kanakan, remaja, hingga pertengahan dewasa, dimana sering disebut juga
sebagai masa pubertas yang masih belum bisa memutuskan suatu hal sendiri atau
perlu rekomendasi dari orang terdekat.
Ketika kata siswa beralih dan bertransformasi
menjadi kata mahasiswa, lingkungan yang mempengaruhi pembelajarnya juga
berbeda. Di lingkungan kampus, mahasiswa dituntut untuk selalu proaktif untuk
menggali informasi baik yang sedang hangat terjadi maupun yang menyangkut
materi kuliah. Seseorang yang berada di tingkat mahasiswa di latih untuk
mandiri dan belajar bersosialisasi dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang
berada di lingkungan universitas. Acara-acara diluar jam kuliah seperti seminar
dan workshop juga merupakan media mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengetahuan yang kelak bisa digunakan di kehidupan bermasyarakat.
Adaptasi yang kedua adalah dari segi materi
pembelajaran. Materi pelajaran yang
didapat ketika di sekolah menengah tidak jauh berbeda dengan materi yang
didapat di perguruan tinggi dan univeritas. Namun, jumlah materi dan
pendalamannya yang perlu di pahami. Saat di sekolah menengah, materi pelajaran
masih tergolong umum, dasar, dan tidak terlalu mendalam. Hal ini mengingat
kemampuan siswa dalam menerima materi yang terlampau banyak dan jumlah waktu
yang digunakan relative pendek. Berbeda dengan sistem di universitas yang
mengharuskan mahasiswa untuk mendalami materi kuliah secara konsisten dan benar-benar
dipahami. Pengklasifikasian jurusan dan program studi seperti jurusan bahasa
inggris yang secara spesifik mempelajari bahasa inggris mulai dari dasar hingga
tingkat advance adalah faktor yang mepengaruhi berbedanya segi materi dalam
lingkungan pendidikan di universitas dengan di sekolah menengah.
Adaptasi tersebut diatas dilakukan tidak lepas dari suatu
pandangan bahwa mahasiswa harus lebih berwawasan tinggi, mendalam, kreatif, dan
mandiri dari siswa-siswi sekolah menengah. Peluang mahasiswa untuk berpartisipasi
dalam lingkungan kerja yang juga dibilang besar jika mahasiswa tersebut
memang benar-benar cerdas yang merupakan hasil dari disiplin dan perjuangan
keras ketika menuntut ilmu di lingkup universitas.
Beban pikiran pada mahasiswa juga berbeda daripada siswa.
Salah satu beban pikiran tersebut adalah bahwa mahasiswa itu harus bekerja dan
pekerjaannya pun harus yang tinggi dalam hal status dan gaji daripada siswa.
Hal ini karena perbedaan tingkatan pendidikan dan pengetahuan yang didapat. Masyarakat
umumnya memandang jika seorang mahasiswa bekerja yang memliki level bawah
seperti bekerja menjadi pedagang kaki lima, maka mahasiswa itu dianggap sebagai
mahasiswa gagal walaupun ia sudah memperoleh gelar S1 sekalipun. Penyebabnya
karena masyarakat cenderung ingin melihat hasil nyata dan konkrit dari
seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Ada anggapan
yang berkembang di masyarakat “buat apa kuliah tinggi-tinggi jika kerjanya pada
akhirnya hanya mendorong gerobak”. Ada kata-kata bijak yang mendukung anggapan
masyarakat tersebut John C. Maxwell dikutip dari leman (2008) yang juga
mengatakan, “orang tidak peduli seberapa banyak anda tahu, sampai ia tahu
seberapa banyak anda peduli”. berikut adalah sebuah puisi yang persembahkan penulis untuk mengapresiasi para penuntut ilmu.
Mahasiswa
By: I Gede Murta
Almamater gagah berani identitasmu
Muda dan ceria itulah mahasiswa
Datang untuk mencari dan berbagi ilmu
Memperkaya jiwa dan tekad anak muda
Kita muda dan berbakat
Kreatif dengan kebulatan tekad
Berjuang hati dan pikiran dengan penuh
semangat
Untuk
menjadi penerus bangsa yang cerdas dan hebat
Kucuran keringat perjuangan membasahi setiap
langkah pasti
Berpegang teguh pada pancasila yang abadi
Penuh hormat pada pendidik yang gagah berani
Pendidik yang mencurahkan rasa cinta dengan
setulus hati
Penuh teladan semangat pada murid yang
terkasih
Hari ini bukan akhir dari perjuangan
Tetapi ini adalah awal sebuah pencapaian
Perbedaan almamater tak menjadi masalah
Kita tetap satu dalam lingkaran kesaktian
pancasila
Berkumpul dalam manisnya senyuman
Terima kasih atas hari-hari berarti yang
tercurahkan
Semoga kita kan bertemu lagi dalam indahnya
keberhasilan
Dan berbagi canda tawa para pencipta kreatif
andalan