Senin, 27 Januari 2014

thumbnail

Harapan Baru Nusa Penida


Hari Baru, Harapan Baru Sang Telur Emas Klungkung
Hati nurani masyarakat Nusa Penida bersorak gembira. Seperti hari datangnya suatu kebebasan sudah tiba. Saat penjajahan oleh status, tingkatan, derajat perlahan mulai sirna dan tergantikan oleh kemerataan sosial, asas kebebasan dan kerinduan akan terwujudnya harapan yang datang seperti sebuah penyelamatan. Hari seperti ini bisa disebut hari bersejarah. Hari dimana sebuah peristiwa yang salalu diharapkan telah tiba. Seperti Hari bersejarah nasional bagi bangsa Indonesia saat merdeka dari kejamnya penjajahan, Nusa Penida juga seharusnya mencatat hari bersejarah bagi sang telur emas klungkung ini. Setelah bertahun-tahun Klungkung selalu dipimpin oleh orang yang berstatus sosial tinggi atau jika dalam adat Bali disebut “Kasta” tinggi, akhirnya setelah lama menunggu, pemuda Nusa penida yang selalu dianggap sebagai rakyat bawahan bisa menjadi pemimpin di klungkung.
Pada awalnya, banyak keraguan datang baik dari lawan politik maupun tak sedikit dari masyarakat Nusa Penida yang masih terbelenggu dan terhipnotis oleh sugesti-sugesti yang menyatakan bahwa Masyarakat/pemuda Nusa Penida tidak bisa atau lebih tepatnya tidak cocok dan tidak etis untuk menjadi pemimpin bumi srombotan klungkung. Memang tidak terelakkan bahwa tidak semua masyarakat Nusa Penida mendukung majunya calon/putra daerah Nusa Penida sebagai pemimpin masa depan. Seperti sebuah pepatah jaman dahulu yang mengatakan “tidak ada rumah yang bersih dari rayap, pasti ada satu/dua rayap yang hidup di sebuah rumah” dimana berarti tidak ada sesuatu didunia ini yang benar-benar bersih dari hal-hal buruk, pasti selalu ada entah itu sedikit yang menentang hal-hal baik. Masyarakat Nusa Penida yang tidak mendukung putra daerahnya untuk maju mungkin adalah mereka yang masih berpikiran sempit, masih percaya bahwa yang berjabatan tinggi cocok memimpin, masih terbiasa dijajah dan lebih umum lagi adalah karena kasta. Tetapi waktu terus bergerak maju tidak bergerak mundur, Zaman terus berganti dan kesadaran akan perubahan semakin dibutuhkan, maka rezim keluarga ber status besar atau mungkin sistem kepemimpinan dinasti perlu atau bahkan harus diganti dengan yang lebih “masuk akal”. Masuk akal dalam konteks kerakyatan seperti sila pancasila yang selalu dibaca saat upacara bendera. Pemimpin yang dibutuhkan masyarakat adalah pemimpin yang mengutamakan dan melayani rakyat dengan sepenuh hati, bukan pemimpin yang selalu mengokohkan kemapanan untuk hidup pribadi.
Rezim kebohongan dan politik uang harus dihentikan dan di hancurkan tanpa sisa sampai keakar-akarnya. Cukup sudah Nusa Penida dijadikan bahan percobaan dan lahan korupsi. Proyek-proyek siluman yang sudah terlihat jelas maupun yang sedikit demi sedikit terlihat yang berubah menjadi predator ganas yang semakin membuat terpuruk harus diusut dan diselesaikan dengan bijak. Pengalaman pahit ketika masa-masa kepeimpinan dengan sistem yang bobrok dan tidak becus ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi pemimpin yang baru dan pemimpin masa mendatang untuk jangan sampai seperti itu lagi. Selama ini Banyak tikus kantor kotor yang bermain dan menggerogoti hidup Nusa Penida, baik itu yang terekspose media maupun yang tertutupi oleh ancaman. Salah satu judul tulisan yang mengarah pada hal tersebut datang dari Bali post yaitu: 1). Di Klungkung Banyak Proyek Gagal Tender dan Terancam Mangkrak, 2). Klungkung Ganti Bupati Nusa Penida Jangan Dianaktirikan, 3). Kejaksaan Selidiki Dugaan Pungli Prona di Nusa Penida Lagi. Tidak Hanya media massa Koran terkenal daerah Bali saja, Nusa Penida juga mempunyai media yang diprakarsai oleh pemuda kreatif daerahnya seperti Nusapenidamedia, serta tulisan-tulisan ungkapan dan curahan hati melalui media seperti blog ini, banyak permasalahan yang mesti diselesaiakan oleh pemimpin baru Nuisa Penida.
Kasta itu tidak salah dan perbedaan itu indah. Seperti Kasta di Bali pada umumnya atau di Klungkung pada khususnya adalah perlu dan harus dijaga karena ia termasuk warisan budaya Bali. Yang perlu diubah dan diperbaiki disini adalah “how” atau bagaimana seseorang itu memimpin. Jika pemimpin itu memegang teguh “jujur, seken, patut” seperti yang dinyatakan oleh Tualen, karakter wayang Bali di wayang Cenk Blonk, itu patut di teruskan. Tetapi selama ini kesan pemimpin yang bisa disebut UGB “uluk-uluk, guyu-guyu, dan bogbog” sangat kental. Mereka seperti tidak malu dengan gelar atau kasta tinggi yang mereka sandang. Mereka malah menganggap jika saya berkasta tinggi dan harus dimanfaatkan. Status tinggi, Gelar panjang, Jabatan tinggi tidak terlalu penting terutama bagi masyarakat yang mendambakan pemimpin yang tidak banyak bicara tetapi yang banyak aksi demi kesejahteraan masyarakat.
Dengan terpilihnya pemimpin baru yang berasal dari putra daerah Nusa Penida yang sudah merasakan dan melihat sendiri seperti apa keadaan sesungguhnya Nusa Penida, diharapkan era baru akan tercipta. Era dimana uang tidak merasuk kedalam hati, era dimana problem solving lebih diutamakan daripada problem making. Era dimana sang telur emas Klungkung yaitu Nusa Penida bisa menetas dan berubah menjadi angsa yang cantik dengan bulunya yang halus seperti kendaraan sang Dewi Saraswati yang cantik dan selalu di puja akan pengetahuan yang tidak terbatas beliau. Hari baru, harapan baru akan selalu menghiasi Nusa Penida untuk menjadi lebih baik, lebih sejahtera dengan kekayaan yang tergarap maksimal dan bertanggung jawab.  



Bibliography:
1.      http://balipost.co.id